Friday, August 16, 2013

Allah Mama?



Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus sering kita dengar diucapkan oleh rekan-rekan yang menganut agama Katholik. Ucapan itu diiringi dengan melakukan tanda salib. Di kening, di dada, di kedua bahu, dan berakhir dengan menangkupkan tangan yang diiringi bunyi “Amin”. Kalau ada yang salah dari penuturan tersebut, terlebih dulu saya mohon maaf. Realitanya, saya sejak kecil dibesarkan di lingkungan sekolah Katholik. Dari Taman Kanak-Kanak hingga ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ketika masuk SMA beralih ke sekolah negeri. Alasannya klise, supaya gampang menembus perguruan tinggi lewat jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Yang jelas, dalam Kekristenan ada ajaran Trinitatis. Banyak juga menyebutnya sebagai Tritunggal. Ada 3 oknum tetapi satu. Ajaran ini sering menuai pro kontra dari agama lain. Agama lain biasanya langsung menyerang dengan pemahaman bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan. Sebenarnya kalau menyerang dengan alasan itu sangat salah, karena jelas dalam ajaran Kristen pun Tuhan memang tidak beranak dan tidak diperanakkan.

Tapi bukan itu yang mau dibahas kali ini. Saya hanya mencoba membahas masalah yang sepertinya sepele. Sepertinya mempersoalkan gender. Sepertinya tak perlu dibahas tapi menarik juga. Menurut saya, jika ada Allah Bapa, dan Allah Putra maka seharusnya ada Allah Mama. Tapi ternyata tak disebutkan sebagai Allah Mama tetapi sebagai Roh Kudus.

Kesan Tuhan sebagai sesuatu (bukan berarti saya membendakan Tuhan) yang maskulin sering kita lihat dalam penggunaan kata ganti di kitab suci. Tuhan digambarkan seolah sebagai laki-laki. Beda dengan bahasa Arab, walau masih menggunakan kata ganti laki-laki dalam kata Allah tetapi menggunakan kata ganti dengan sifat perempuan pada kata Al-Dzat yang merupakan salah satu esensi Tuhan. Kalau demikian dimana letak atau peran perempuan dijelaskan dalam kata Tuhan atau Allah?

Menurut saya, peran itu ada dalam Roh Kudus tadi. Bagaimana itu bisa terjadi? Untuk mengetahuinya, coba kita perhatikan bagaimana sifat-sifat seorang ibu (mama) yang baik. Seorang ibu yang baik adalah ibu penuh kasih sayang, prihatin melihat anaknya yang dalam kesusahan, selalu memberikan nasihat, tidak pilih kasih, dan banyak sifat-sifat baik lainnya. Lalu bagaimana dengan Roh Kudus?

Roh Kudus adalah pribadi yang sejati. Sebagai pribadi, Roh Kudus memiliki kecerdasan. Roh Kudus mengetahui dan menyelidiki segala sesuatu yang dari Allah (I Kor 2:10-11). Roh Kudus memiliki pikiran (Rom 8:27) dan dapat mengajar (I Kor 2:3). Roh Kudus juga memiliki perasaan halus. Ia dapat berdukacita karena perbuatan-perbuatan dosa orang-orang percaya (Ef 4:4). Roh Kudus memiliki kehendak. Ia menggunakan kehendakNya untuk membagi-bagikan karunia-karunia kepada orang-orang percaya (I Kor 12:11). Roh Kudus juga membimbing kehidupan dan kegiatan orang-orang percaya (Kis 16:6-11, Rom 8:14-15).

Kalau kita perhatikan, banyak sekali persamaan antara Roh Kudus dan seorang ibu atau mama. Seorang anak, misalnya akan cenderung lebih dekat pada ibunya. Seorang ibu dipandang lebih lembut sementara bapak atau ayah sebagai tokoh dengan karakter kuat dan keras.

Walau Roh Kudus lebih dari sekedar seorang mama. Mempunyai banyak sifat melebihi seorang ibu. Namun, dengan penggunaan terminologi Allah Bapa dan Allah Putera, menurut saya layak juga kalau kita punya sebutan Allah Mama yaitu Roh Kudus. Yang selalu menyertai kehidupan kita, berbisik pada hati kita, mencegah kita melakukan hal yang tidak baik, bagai seorang Mama yang prihatin melihat kita susah, menemani tatkala kita jatuh. Seorang mama yang kasihnya tak akan pernah habis. Duh, senangnya!

Kiranya Allah Mama senantiasa menyertai kita. Tuhan memberkati!

No comments: