Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus sering kita dengar
diucapkan oleh rekan-rekan yang menganut agama Katholik. Ucapan itu diiringi
dengan melakukan tanda salib. Di kening, di dada, di kedua bahu, dan berakhir
dengan menangkupkan tangan yang diiringi bunyi “Amin”. Kalau ada yang salah
dari penuturan tersebut, terlebih dulu saya mohon maaf. Realitanya, saya sejak
kecil dibesarkan di lingkungan sekolah Katholik. Dari Taman Kanak-Kanak hingga
ke Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ketika masuk SMA beralih ke sekolah negeri.
Alasannya klise, supaya gampang menembus perguruan tinggi lewat jalur UMPTN
(Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Yang jelas, dalam Kekristenan ada ajaran Trinitatis. Banyak
juga menyebutnya sebagai Tritunggal. Ada 3 oknum tetapi satu. Ajaran ini sering
menuai pro kontra dari agama lain. Agama lain biasanya langsung menyerang
dengan pemahaman bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Sebenarnya kalau menyerang dengan alasan itu sangat salah, karena jelas dalam
ajaran Kristen pun Tuhan memang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Tapi bukan itu yang mau dibahas kali ini. Saya hanya mencoba
membahas masalah yang sepertinya sepele. Sepertinya mempersoalkan gender. Sepertinya
tak perlu dibahas tapi menarik juga. Menurut saya, jika ada Allah Bapa, dan
Allah Putra maka seharusnya ada Allah Mama. Tapi ternyata tak disebutkan
sebagai Allah Mama tetapi sebagai Roh Kudus.
Kesan Tuhan sebagai sesuatu (bukan berarti saya membendakan
Tuhan) yang maskulin sering kita lihat dalam penggunaan kata ganti di kitab
suci. Tuhan digambarkan seolah sebagai laki-laki. Beda dengan bahasa Arab,
walau masih menggunakan kata ganti laki-laki dalam kata Allah tetapi
menggunakan kata ganti dengan sifat perempuan pada kata Al-Dzat yang merupakan
salah satu esensi Tuhan. Kalau demikian dimana letak atau peran perempuan
dijelaskan dalam kata Tuhan atau Allah?
Menurut saya, peran itu ada dalam Roh Kudus tadi. Bagaimana
itu bisa terjadi? Untuk mengetahuinya, coba kita perhatikan bagaimana
sifat-sifat seorang ibu (mama) yang baik. Seorang ibu yang baik adalah ibu
penuh kasih sayang, prihatin melihat anaknya yang dalam kesusahan, selalu
memberikan nasihat, tidak pilih kasih, dan banyak sifat-sifat baik lainnya.
Lalu bagaimana dengan Roh Kudus?
Roh Kudus adalah pribadi yang sejati. Sebagai pribadi, Roh
Kudus memiliki kecerdasan. Roh Kudus mengetahui dan menyelidiki segala sesuatu
yang dari Allah (I Kor 2:10-11). Roh Kudus memiliki pikiran (Rom 8:27) dan dapat
mengajar (I Kor 2:3). Roh Kudus juga memiliki perasaan halus. Ia dapat
berdukacita karena perbuatan-perbuatan dosa orang-orang percaya (Ef 4:4). Roh
Kudus memiliki kehendak. Ia menggunakan kehendakNya untuk membagi-bagikan
karunia-karunia kepada orang-orang percaya (I Kor 12:11). Roh Kudus juga
membimbing kehidupan dan kegiatan orang-orang percaya (Kis 16:6-11, Rom
8:14-15).
Kalau kita perhatikan, banyak sekali persamaan antara Roh
Kudus dan seorang ibu atau mama. Seorang anak, misalnya akan cenderung lebih
dekat pada ibunya. Seorang ibu dipandang lebih lembut sementara bapak atau ayah
sebagai tokoh dengan karakter kuat dan keras.
Walau Roh Kudus lebih dari sekedar seorang mama. Mempunyai banyak
sifat melebihi seorang ibu. Namun, dengan penggunaan terminologi Allah Bapa dan
Allah Putera, menurut saya layak juga kalau kita punya sebutan Allah Mama yaitu
Roh Kudus. Yang selalu menyertai kehidupan kita, berbisik pada hati kita,
mencegah kita melakukan hal yang tidak baik, bagai seorang Mama yang prihatin
melihat kita susah, menemani tatkala kita jatuh. Seorang mama yang kasihnya tak
akan pernah habis. Duh, senangnya!
Kiranya Allah Mama senantiasa menyertai kita. Tuhan memberkati!
No comments:
Post a Comment