Thursday, January 31, 2013

Berharap dan Terus Berharap

Beberapa hari ini saya sering terpekur, merenung sendiri tentang apa sebenarnya rencana Tuhan bagi saya dan istri ke depannya. Proses yang kami jalani untuk mendapatkan si buah hati tak kunjung membuahkan hasil. Malahan, ada beberapa berita buruk yang harus kami terima.

Sebagai seorang dokter yang beristrikan seorang dokter juga, menjadi korban malpraktik sesama dokter adalah hal yang jarang terjadi. Aneh malah kalau itu bisa terjadi. Tapi itulah mungkin yang sedang terjadi pada kami. Mungkin dulu kami begitu percaya pada dokter spesialis kandungan itu. Mungkin karena rekomendasi yang cukup kuat dari saudara. Mungkin juga karena saya pribadi tahu dan pernah menjadi murid dokter tersebut saat berkuliah di Fakultas Kedokteran UKI dulu.

Menguatkan istri saya adalah bagian sulitnya. Saya harus tampil sebagai orang kuat yang tak boleh kelihatan lemah di hadapan istri untuk menghadapi masalah ini. Walau sebenarnya saya ingin marah-marah, ingin meninju muka sombong dokter tersebut. Walau ingin rasanya secepatnya bertemu dokter itu dan mengadukannya pada komisi disiplin dokter. Tapi lantas untuk apa?

Mungkin benar alasan utama yang saya pikirkan, agar tidak ada orang lain lagi yang menjadi korban. Tapi setelah itu mau apa? Sekilas kalau diketikkan nama dokter itu di google misalnya, banyak testimoni dan kesaksian pasiennya yang membanggakan mengenai dokter tersebut. Apa kira-kira pandangan mereka kalau kami tiba-tiba menuntut dokter tersebut secara hukum?

Yang jelas saya bingung saat ini. Yang menjadi pegangan saya hanyalah Harapan. Tetap berharap dan berdoa. Itu yang bisa saya lakukan. Itu yang bisa menguatkan saya. Dan kalau saya kuat, maka istri saya akan kuat. Kalau kami berdua kuat, maka keluarga kamipun nanti akan kuat saat kami beberkan tentang proses yang kami jalani. Tentang berita dugaan malpraktek yang dilakukan dokter itu.

Saya tetap yakin kalau berharap itu tidak salah. Pasti Tuhan itu masih ada. Dia tidak tidur. Dia tahu apa perasaan saya saat ini. Di mobil tadi pagi saya puaskan berteriak menyebut nama dokter tersebut dan memaki-makinya. Biar Tuhan dengar betapa kesalnya saya... Haaahhhhhh.... kesal sekali! Tunggu kau ...... saya akan tuntut habis-habisan. Ya Tuhan... mudah-mudahan dia mau bertanggung-jawab. Itu pikiran galau saya.

Tapi yang pasti saya yakin harapan itu selalu ada. Untuk kami agar memiliki buah hati keturunan kami sendiri. Tuhan dengarlah doaku. Ampuni segala dosa-dosa kami. Jangan biarkan kami terpuruk dan sampai tergeletak. Amin.

No comments: