![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2TbnQ1jVMvqxvDsf3D6qTS8g5M-OszTotOAOi0ekmlnKwa0RaUjPMVCSgLXMcN1nmmAaMIS4QCKVTChSiQ_gJc3e5CpDTxJTMTrimS50ig4V_L-Gz0Jt9E3RQiZJeSaXuNx2v4cFdhpg9/s320/Josep2.jpg)
Baca:
Yohanes 6 : 1-13
Yohanes 6 : 1-13
"Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?"
(Yohanes 6: 9)
Saya teringat betapa repot dan rumitnya ikut terlibat mengurus karnaval dan pertunjukan anak-anak pada acara Forum Anak daerah 2007 dalam rangka Hari Pendidikan Nasional di Wamena. Sekitar 800 lebih anak mengikuti kegiatan itu. Panitia harus ekstra kerja keras dan berkoordinasi dengan baik untuk mendistribusikan konsumsi baik pada waktu berjalan dalam karnaval maupun dalam acara pertunjukan. Saya yakin soal konsumsi ini telah diurus oleh setidaknya sekitar 20-an staf.
Saya membayangkan betapa jauh lebih rumit dan runyamnya pada waktu peristiwa Tuhan Yesus berada di tengah padang bersama para murid dengan diikuti oleh lebih dari lima ribu orang. Semua orang pada waktu itu perlu makan. Memandang sekumpulan 800-ana anak saja sudah cukup menggentarkan hati apalagi memandang sekumpulan jemaah yang berjumlah lima ribu orang.
Semua hal pada waktu peristiwa itu terjadi adalah hal yang bisa menciutkan nyali dan bahkan iman kita. Betapa jumlah yang sekian banyaknya itu harus dilayani makan. Akses ke kampung sangat jauh, uang juga perlu banyak untuk bisa membeli makanan bagi 5000 orang. Namun ketika seorang anak menyerahkan ”bekalnya” yang saya rasa satu-satunya dia miliki untuk dirinya sendiri dan dia rela serahkan kepada Tuhan untuk orang lain maka keajaiban terjadi. Tanpa kerelaan anak ini pasti tidak ada lima roti jelai dan dua ekor ikan yang dipakai oleh Tuhan Yesus sebagai sarana melakukan Mujizatnya yang dahsyat.
Sama seperti ketika saat ini kita menghadapi bayang-bayang maut dari sekumpulan ratusan bahkan mungkin ribuan orang-orang yang telah dan kemungkinan besar beresiko terkena virus mematikan HIV dan menjadi AIDS. Kenyataan yang terselubung ini sebenarnya sama dengan kebutuhan dari orang-orang pengikut Yesus di padang yang sedang mengikuti DIA. Jelas ada kebutuhan ”kelaparan” informasi dan ajaran yang benar tentang hidup kudus dalam Tuhan di antara masyarakat layanan kita. Jumlahnya ribuan!!! Kita mungkin merasa mustahil memberi mereka ”makanan” informasi, penyuluhan pelatihan tentang HIV/AIDS kepada sekian ribu orang banyaknya. Kita mungkin merasa apakah ini cukup, apakah ini efektif, apakah ini bisa menjangkau mereka dsb. Kita punya kekuatiran yang sama dengan para murid pada saat memberi makan lima ribu orang tadi. Tapi ketika kita mau menyerahkan ”bekal” kita yang mungkin hanya sebanding lima roti dan dua ikan kepada Tuhan untuk dipakaiNYA dalam menjangkau umatnya yang terancam HIV/AIDS maka, sejak itulah TUHAN yang berkerja dan Mujizat bisa terjadi. Mujizat adalah ketika seorang anak muda yang akan mencoba-coba berhubungan seks bebas menjadi sadar dan berbalik kepada Tuhan. Mujizat adalah ketika seorang suami yang suka ”jajan” menjadi kembali mengasihi istrinya sebagai istri dan pasangan intim yang diberikan Tuhan. Mujizat-mujizat lain akan Tuhan nyatakan ketika kita dengan segenap ”bekal” potensi, kepintaran, waktu dan terlebih lagi dengan kasih yang tulus mau dipakai Tuhan menjadi sarana MujizatNYA.
”Mukjizat bisa terjadi ketika kerelaan hati dan kasih mendahuluinya”
Josep F. Sanjoto/ Staff Wahana Visi Indonesia
No comments:
Post a Comment